Kata “Qawaid” secara simpelnya dapat dimaknai sebagai; asas, landasan, dasar, basis atau pondasi. Sedangkan kata “Fiqhiyyah” yg menjadi sifat dari kata “Qawaid”, memiliki arti; fiqih atau yurisprudensi hukum Islam yg aplikatif. Maka, “Qawaid-Fiqhiyyah’ adalah asas, landasan, dasar, basis atau pondasi Fiqih, yang konkritnya berisi; kaidah-kaidah universal bagi pelaksanaan yurisprudensi (hukum) Islam aplikatif (Fiqih).

Ilmu ini sangat populer di dunia Islam. Sehingga, ini menjadi ilmu penting untuk dipelajari, khususnya bagi kader atau calon ulama masa depan. Ilmu ini sangat khas dengan kekuatan logika dalam merelasikan antara nash dengan problematika yg selalu aktual.

Di masyarakat bermadzhab Syafi’i, semisal di Indonesia, ilmu ini umumnya dikenal-akrab termanifestasi dalam kitab Al-Asybah wa Al-Nadzair karya Imam Jalaludin As Suyuti (w. 911H). Sekali lagi, ini umumnya di Indonesia. Meskipun tak dipungkiri, kemungkinan ada yg mengajarkan kitab-kitab lain dalam bidang Qawaid Fiqhiyyah, seperti; kitab Al-Asybah wa al-Nadzair karya Imam Ibnu al-Wakil (w. 716 H), kitab Al-Asybah wa al Nadzair karya Imam Tajuddin Ibnu al-Subki (w. 771 H), Al-Mansur fi Tartib al-Qawa’id al-Fiqhiyah atau al-Qawa’id fi al Furu’ karya Imam Al-Zarkasyi (w. 794 H), Al-Istighna fi al-Farqi wa al-Istitsna karya Syeikh Badrudin al-Bakri, dan lain sebagainya.

Melihat kepopuleran dan sebegitu akrabnya umat Islam Indonesia dengan kitab Al-Asybah wa Al Nadzair karya Imam Jalaludin As Suyuti ini, lantas Syeikh Aboul Fadhl ibn Abdus Syakur asal Senori Tuban, atau biasa dikenal dgn Mbah Fadhol Senori Tuban, melakukan penela’ahan dan pengambilan intisari dari kitabnya Imam Suyuti tersebut. Wal Hashil, intisari tersebut dituliskan oleh Mbah Fadhol dalam bentuk mandzumah atau puisi Arab yang jumlahnya sekitar 142 bait. Lalu, mandzumah tersebut dijadikan kitab yg diberinama Kifayatut Thullab.

Kemudian, di hadapan para santrinya, Mbah Fadhol mengajarkan kitab Al Ashbah wa Al Nadzairnya Imam Suyuti, lalu mengajarkan juga intisarinya dalam Mandzumahnya yg disebutnya Kifayatut Thullab. Dan, di antara murid beliau yg dikasihinya dan istiqamah bermulazamah ilmu dengannya adalah K.H. Muhammad Muhibbie Hamzawie. Kemudian, dari mulazamah ilmu dengan gurunya tersebut, Pakiai Muhibbie menuliskan catatan ulasan dan keterangan-keterangan (syarh wa ta’liq) atas Mandzumah Kifayat At Thulab milik gurunya tersebut. Kumpulan syarh wa ta’liq tersebut dijadikan kitab dengan judul Hidayatu At Thullab.

Seri 1
Seri 2
Seri 3
Seri 4
Seri 5
  • Ngaji Qowaid Fiqhiyah karya KHM Muhibbi Hamzawie Seri 1-5
  • Ngaji Qowaid Fiqhiyah karya KHM Muhibbi Hamzawie Seri 6-10
  • Ngaji Qowaid Fiqhiyah karya KHM Muhibbi Hamzawie Seri 11-15
  • Ngaji Qowaid Fiqhiyah karya KHM Muhibbi Hamzawie Seri 16-20
  • Ngaji Qowaid Fiqhiyah karya KHM Muhibbi Hamzawie Seri 20-25
  • Ngaji Qowaid Fiqhiyah karya KHM Muhibbi Hamzawie Seri 26-30

2 Responses

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *